Menyikapi posting blog masjidancol.wordpress.com “Kiat sederhana memakmurkan masjid”

Posted on Mei 25, 2010. Filed under: Agama & Rohani | Tag:, , , , , , , , , , , , , |

Ketika melihat dashboard saya di wordpress.com, saya sengaja mengecek tulisan tulisan terbaru di wordpress.com, nah mampirlah saya di blog masjidancol.wordpress.com yang saat itu memposting “kiat sederhana memakmurkan masjid”. saya sangat tertarik dengan ide yang disampaikan. untuk itu saya tergelitik untuk mengomentari posting tersebut melalui beberapa ulasan dari saya. tapi sebelumnya, alangkah baiknya kita simak dulu posting tersebut, berikut kutipannya di bawah ini:

1. SERUKAN AJAKAN SHOLAT DALAM BAHASA SETEMPAT (INDONESIA, JAWA, SUNDA, DLL) 30 MENIT SEBELUM JATUH WAKTU SHOLAT / SEBELUM AZAN. SEBAGAI CONTOH : “KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, DIPERSILAHKAN UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±30 MENIT LAGI.”
2. 15 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, “KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±15 MENIT LAGI.”
3. 10 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, “KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±5 MENIT LAGI.”
4. AZAN
5. SHOLAT QOBLIAH, TUNGGU BEBERAPA SAAT, ±5 MENIT, BARU KEMUDIAN….
6. IQOMAT
7. SHOLAT BERJAMAAH.

begitulah tips yang diberikan oleh blog masjidancol.wordpress.com

nah sekarang akan saya bahas melalui 2 sudut pandang. 1 akan saya kaitkan dengan matakuliah linguistics tepatnya di area pragmatics, dan 2. saya kaitkan sedikit dengan keagamaan, disini yang saya maksud adalah hadits nabi.

1. dari sisi linguistics (pragmatics)

– Penulis memberikan seruan dengan jarang masing masing berjarak sekitar 5 dan 10 menit, yang diawali 30 menit sebelum adzan. pengumumannya diserukan menggunakan bahasa lokal, kebetulan yang digunakan adalah bahasa Indonesia. sebenarnya apapun bahasanya, tujuannya adalah supaya orang orang sekitar mendengar dan memahami seruan itu.memang akan berbeda ketika seruannya menggunakan bahasa arab, misalkan adzan, orang bisa mendengar namun belum tentu bisa memahami. tapi jika menggunakan bahasa lokal maka akan mudah dipahami.

– seruan pertama ke dua dan ketiga, meskipun kalimat dan kata kata yang diguanakan tidak sepenuhnya persis, tapi menurut saya ketiga seruan itu bisa dibuat lebih singkat menjadi satu kalimat saja yang bisa diulang ulang 3 kali. tetapi yang perlu digaris bawahi disini adalah bukan struktur kata katanya, tetapi makna yang disampaikan. nah maka itu saya rasa akan seru untuk menelaahnya menggunakan kacamata ilmu pragmatics. bahasan lebih detail yaitu pada ranah Speech act, dan lebih kusus lagi pada Perlocutionary act.

– Di dalam ilmu pragmatics, dikenal istilah speech act atau dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan sebutan tindak tutur. maksudnya adalah dalam sebuah ungkapan atau tutur kata, terdapat sebuah tindakan. misalkan saja ungkapan “saya minta maaf telah menginjak kaki anda”. ungkapan tersebut mengandung tindakan yaitu “tindakan minta maaf” dalam mata kuliah linguistics pragmatics dikenal sebagai the act of promising. phenomena diatas dikenal dengan sebutan illocutionary act. nah pada seruan pertama, kedua, dan ketiga di atas, illocutionary act yang hadir adalah the act of reminding atau tindakan mengingatkan karena tujuannya memang mengingatkan waktu solat kepada orang orang sekitar masjid. nah, tetapi ternyata tindakan mengingatkan yang termasuk dalam illocutionary act tersebut bisa menimbulkan efect lain yaitu yang disebut dengan perlocutionary act. artinya si pendengar illocutionary act tersebut (tindakan mengingatkan / the act of reminding) terkena efek dari tindakan tersebut. nah sekarang apakah efeknya?

– sebelum kita menelaah efek apa yang ditimbulkan tindakan mengingatkan di atas (the act of reminding), kita lihat contoh perlocutionary act yang saya kutip dari buku Introduction to Linguistics oleh ibu Nirmala Sari terbitan depdikbud tahun 1988. berikut contohnya: sepasang suami istri hendak bepergian ke sebuah pesta. karena dirasa terlambat, si suami mengingatkan si istri yang masih sibuk berdandan “ma…kita sudah telambat lho..”. seruan oleh si suami tersebut terdapat illocutionary act yaitu the act of urging (menasehati / memburu burui/memberi tahu dsb.). nah, tetapi karena kemudian si suami mengulang ulang seruan tersebut setiap menitnya berulang ulang, maka seruan tersebut awalnya yang dimaksudkan untuk (the act of reminding/urging = illocutionary act) mengingatkan bahwa waktunya sudah mepet alias terlambat, berubah menjadi perlocutionary act yaitu the act of irritating (menyakitkan / mengganggu). nah si pendengar di sini adalah si istri, maka istri tersebut yang terkena efek dari perlocutionary act. nah bagaimana sinkronisasi bahasan ini dengan seruan sholat 30 menit lebih awal, menggunakan bahasa lokal, dan berulang ulang.

– jika mau jujur, kita semua ini kebanyakan malas sholat, bahkan ketika mendengar seruan sholat saja kita cenderung ogah ogahan. maka ketika mendengar seruan tersebut, yang meskipun tujuan awalnya adalah mengingatkan, tetapi secara natural naluri manusia akan cenderung merespon secara negatif terhadap panggilan tersebut. lebih lebih bagi orang yang memang kesehariannya jarang atau bahkan tidak ke masjid. artinya seruan seperti ini membuat para pendengarnya pada sakit telinga, atau pada panas telinganya, atau terbakar telinganya, atau apalah sebutannya. cara ini terkesan memaksa, mungkin cara ini akan efektif untuk menyedot para pengunjung masjid, tetapi kehadiran mereka bisa saja dibarengi dengan rasa tidak ikhlas, kecuali bagi orang orang yang sadar dan berpositif thinking. bisa juga bagi orang orang yang memang tertutup hatinya malah akan menyimpan dendam pada si penyeru tersebut dan bahkan bersumpah tidak akan menginjakkan kakinya ke masjid karena merasa disakiti hatinya. nah, kalau sudah begini, yang jadi korbannya adalah si masjid itu sendiri yang kehilangan calon penggemar 😀 .

– akan tidak adil jika hanya mengupas sisi pragmatics nya saja. seolah olah saya menyalahkan ide seruan 30 menit sebelum sholat jamaah dimulai. sekarang akan saya kupas dari sisi agama yang dalam hal ini saya bertengger pada salah satu haditz nabi.

– sayangnya saat ini saya hanya bisa mengingat kandungan dari hadits tersebut, tetapi belum bisa menulisnya di sini, mungkin dilain kesempatan akan saya cantumkan referensi detail dari hadits tersebut.

– hadits tersebut bermaksud kurang lebih ” bahwa dalam melakukan kebaikan kitu itu memang harus dipaksa dulu, tapi nanti toh juga akan mengerti efek positifnya, karena kita cenderung susah melakukan hal hal yang menuju kebajikan” nah kira kira demikian isi haditsnya, kalau ada kesalahan mohon direvisi, karena informasi seperti ini kalau disalahgunakan bisa jadi dosa, kata ustadz saya.

– artinya seruan tadi yang terkesan begitu memaksa, memang tetap harus dilakukan, lama kelamaan mereka yang tidak mau meramaikan masjid dengan berjamaah di masjid, akan terbiasa dan terbuka hatinya kemudian menyadari betapa besar manfaat dari seruan tadi. satu lagi yang perlu dilihat adalah ketika seseorang sudah beberapa kali hadir di masjid,maka dia akan merasa jadi anggota masjid itu sendiri, sehingga seruan seperti diatas tidak lagi terkesan memaksa tetapi justru mengajak.

Demikian dulu ulasan dari saya, semoga memberi manfaat. nampaknya jari jari saya sudah mulai kelelahan. mohon pamit dulu, saya mau melanjutkan mengajar. tadi saya menulisnya pas jam istirahat.

jangan lupa tinggalkan komentar.

wassalam,

Aliv Faizal Muhammad

Make a Comment

Tinggalkan komentar

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...